Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) yang juga Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) Tgk. HM Yusuf A Wahab (Tu Sop), Sabtu malam/23 Maret pukul 19.30 Wib, memimpin zikir dan tausiyah di Masjid Agung Tgk. Syik Pante Geulima Gampong Meunasah Lhok Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya.
Zikir dan tausiyah yang dilaksanakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Pidie Jaya, bekerja sama dengan sejumlah instansi/lembaga terkait di Kabupaten Pidie Jaya, mengusung tema “Zikir Penyejuk Jiwa, ngon Hate yang Dame, Pilihan Tapeutenteue Nibak 17 April 2019”. Zikir di pandu oleh Tim Zikir Tastafi Kecamatan Meurah Dua yang berlangsung selama 40 menit.
Tampak hadir dalam kegiatan tersebut Ketua KIP Pidie Jaya bersama Komisioner lainnya, Ketua Panwaslih Pidie Jaya, Wakapolres Pidie, Kasdim 0102 Pidie, Kasipidum Pidie Jaya mewakili Kajari, Asisten I mewakili Bupati Pidie Jaya dan tokoh lainnya.
Ketua Divisi SDM, Sosialisasi dan Parmas, Muhammad Yusuf, S.Pd.I dalam sambutannya menjelaskan bahwa kegiatan zikir pemilu damai ini dilaksakan sebagai bentuk sosialisasi pemilu dalam rangka meningkatkan partisipasi pemilih pada Pemilu Serentak (Pileg dan Pilpres) tahun 2019. Berikut petikan sambutannya :
“Atas nama lembaga penyelenggara Pemilu, KIP Pidie Jaya menyampaikan ucapan terimakasih dan apresiasi kepada panitia pelaksana kegiatan Zikir Pemilu Damai. Semua ini merupakan upaya kita bersama dalam rangka mewujudkan pelaksanaan pemilihan umum 2019 yang aman, damai, berkualitas serta bermartabat.
Dalam rangka menyukseskan pelaksanaan pemilu yang aman dan damai, maka salah satu unsur penting untuk menentukan sukses tidaknya pesta demokrasi di Negeri yang kita cintai ini yaitu PARTISIPASI DARI SELURUH ELEMEN MASYARAKAT KABUPATEN PIDIE JAYA.
Partisipasi dari masyarakat tidak hanya sebatas tentang partisipasi masyarakat dalam memberikan hak suaranya pada tanggal 17 April 2019, namun juga tentang bagaimana partisipasi dari seluruh elemen dalam menjaga situasi keamanan dan ketertiban selama berlangsungnya pelaksanaan pemilu di Kabupaten Pidie Jaya yang kita cintai ini.
Menjelang pemungutan suara pada 17 April 2019 nanti, suhu politik semakin hangat. Saya berharap seluruh stakeholder terkait dan terutama sekali tokoh agama dapat menjadi pemersatu yang membawa kesejukan dalam memelihara suasana kamtibmas agar aman dan kondusif dalam berbagai perbedaan pandangan dan dukungan politik.
Saat ini permasalahan dalam tatanan masyarakat adalah banyaknya hoax, fitnah, ujaran kebencian, dan politik identitas. Ini harus menjadi perhatian kita semua bagaimana menyaring berbagai informasi yang masuk. Menghadapi hal itu, aparat keamanan tidak bisa bergerak sendiri, harus ada kerja sama stakeholder terkait, khususnya tokoh pemuka agama.
Maka harus menjadi tanggungjawab kita semua ikut menanggulangi sebaran hoax yang marak terjadi akhir-akhir ini. Mari kita hargai perbedaan pilihan, perbedaan dukungan karena semua itu berkah dan mari kita bersyukur melalui zikir damai yang kita laksanakan ini.
Kampanye rapat umum adalah satu penyampaian pendepat yang sangat krusial karena banyak sekali melibatkan massa, maka hindarilah segala bnetuk yang berbenturan. Marilah berkampanye, berorasi secara jujur, aman dan damai agar terciptanya suasana yang kondusif. Kampanye rapat umum harus tetap damai dan sampaikanlah pendidikan politik kepada masyarakat dengan peraturan yang benar.
Peserta pemilu diharapkan harus berkomitmen dengan pakta integritas yang sudah di tanda tangani bersama pada acara deklarasi pemilu damai di halaman kantor KIP. Pesta demokrasi ini menjadi ajang bagi rakyat sebagai pemilih memanfaatkan hak suara untuk memilih pemimpin terbaik, yang mampu menjalankan roda pemerintahan Indonesia selama 5 tahun ke depan.
Bapak ibu sekalian sebagai pemilih, jangan menjadi obyek yang diperdaya dengan uang 100 ribu memilihnya karena dia akan maraup kembali uang rakyat agar modal kembali. Penting bagi pemilih mencermati program dan gagasan yang di usung para calon sehingga dapat dipastikan apa yang disampaikan dapat direalisasikann bukan janji manis semata. Mari cermati dan telaah rekam jejak para calon lewat keseharian mereka dan sumber terpercaya, termasuk mengenai catatan hukum.
Pada akhirnya pemilih harus menempatkan diri secara obyektif, dengan memahami visi dan misi serta program yang dibawa para peserta pemilu. Pemilih harus saling mencerdaskan masyarakat. Menjadi pemilih cerdas, dengan tidak menilai calon hanya berdasarkan opini publik dan pemberian amplop menjelang hari H karena itu haram dan ibadah kita akan sia-sia tidak ada artinya”.
Tausiah Pemilu Damai yang disampaikan Tu Sop membuat jamaah yang hadir mendapatkan penyegaran akan pemahaman Politik. Dalam tausiahnya Tu Sop mencoba menggali wawasan dinamika antara politik dan agama dengan tujuan agar rakyat Aceh pendidikan politik atau dalam bahasa Aceh disebut Beut Politek.
Lanjutnya, “hari ini ayah sop adalah teungku tapi berpolitik. Kenapa berpolitik? Karena claim politik itu kotor, makanya teungku berpolitik. Karena yang terjadi sekarang minimnya pendidikan politik. Sehingga kemaslahatan kaum muslimin, kemaslahatan bangsa hancur karena tidak mampu beragama dalam berpolitik. Akhirnya menjadi sumber kezaliman, sumber kehancuran, permusuhan, dan menjadi kekuatan yang merugikan bangsa kalau salah salah dalam berpolitik.
Politik itu berbahaya, bila tidak cukup pintar, sangat banyak jebakan. Jebakan berbagai macam, persis seperti menangkap binatang liar. Misalnya model kasih umpan di mata pancing, kemudian menyembunyikan mata pancing ke dalam umpan, kemudian ikan yang bodoh langsung terjebak dengan umpannya, lalu tertelan mata pancing. Sedangkan ikan pintar dia tau, dia tidak melihat umpan semata, namun dia akan lihat bahwa didalam umpan mata besi tajam, kemudian besi tersebut ada tali, dan tali tersebut tersambung ke gagang dan gagang di kendalikan oleh pemancing. Ikan yang pintar bisa melihat jebakan mulai umpan hingga ke pengendali gagang oleh pemancing, kemudian bisa melihat siapa yang mencincangnya nanti, kemudian bisa lihat juga siapa yang akan memakannya nanti.
Jadi, ikan pintar tidak akan menelan umpan sembarangan. Untung orang mancing karena ikannya bodoh. Maka diperlukan pendidikan politik supaya kita tidak jadi korban. Kalo politik itu kotor, maka Tu Sop hadir untuk membersihkan politik yang kotor, pungkasnya. Berpolitik tidak cukup dengan niat baik. Dalam agama, niat itu disebut ahmaq. Berniat baik, namun tidak tau caranya maka akan hancur. Orang Aceh cukup mulia niat nya, seperti pejuang agama, pejuang bangsa, namun selalu kena tipu. Kalo tidak berhasil dijajah, maka ditipu akan berhasil. Makanya perlu pencerdasan dalam politik.
Satu lagi model jebakan yaitu cari model pangganti, seperti menangkap burung. Maka diperlukan burung cantik pengganti untuk ditempatkan dalam sangkar perangkap. Kemudian burung lain melihat kawan nya dalam sangkar, maka terperangkaplah burung lain dalam sangkar. Akibat faktor teman, faktor saudara, maka kita terjebak seperti perangkap burung.
Maka dibutuhkan orang yang pandai, jangan seperti ikan, harus pakai otak dan pikiran. Allah memberikan akal, agar difungsikan menjadi cerdas supaya tidak dijebak. Ikan yang pandai, akan makan umpan saja dengan hati hati. Ikan yang bodoh, semuanya ditelan. Fenomena selama ini, siapa aja yang kasih umpan semuanya ditelan.
Hari ini kita harus cerdas. Mari kita ummat muslim mengamalkan islam dalam segala aspek kehidupan, kalau mau menjadikan dan melaksanakan perintah Rasullullah “addunnya asratun akhirat”, dunia lahan investasi akhirat.
Kehidupan sekarang bukanlah masa kehidupan Rasullullah di mekkah dan madinah, bukan juga dimasa khullafa urrasyidin, dan juga kita tidak hidup dimasa kesultanan Islam, khususnya kita aceh, kita hidup pasca penjajahan, pasca kemerdekaan, tidak di era kesultanan, tidak di era kekhalifahan amirul mukminin, tetapi hidup di era demokrasi. Sehinnga kita berpolitik untuk demokrasi. Sayangnya, orang berpikir politik bukanlah masa depan bangsa, bukanlah masa depan agama, bukan masa depan akhirat, sehingga tumbuh pemikiran untuk memisahkan politik dengan agama. Akibatnya, kalau tidak ada ilmu untuk berpolitik, umat islam akan hancur gara-gara berpolitik karena mencari kekuasaan lewat politik sesama umat islam akan terus saling bertikai.
Kita lihat timur tengah, ada kelompok sunni dan ada kelompok syiah. Yang sunni ingin merebut sunni dan mendapatkan kekuasaan dengan melawan syiah dan kelompok syiah melawan kelompok sunni, akhirnya kedua nya kalah dan Negara hancur. Syiah merebut kekuasaan dibantu oleh musuh islam dan di adu domba dan saling membunuh sesama islam. Negara-negara mayoritas ummat islam mundur 100 tahun ke balakang karena selalu membangun reruntuhan bangunan yang terbakar. Kenapa? karena kalah dalam politik global.
Demokrasi hari ini, bahwa kita umat islam yang seperti penjelasan dalam Alquran bahwa eksistensi umat islam adalah menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran. Islam, jangankan muslim, non muslim mengakui konsep kehidupan islam yang baik selama ini. Tapi sayang, bukan muslim yang terbaik saat ini karena tidak semua muslim bisa mempraktekkan islam dalam berumah tangga, masuk neraka gara- gara mencari rezeki akibat politik.
Kitab KUHP saja dibuat banyak dengan pemikiran Belanda yang merupakan musuh kita, tapi tidak disebut ini Kitab Belanda, tetap disebut Kitab Negara Indonesia yang di dalamnya orang islam atau musuh islam. Ini Negara demokrasi, yang mengeksekusi Aceh regulasi syariat adalah politik demokrasi, itu kenapa bisa? Jadi bagaimana menjalankannya harus baik. Maka oleh karena itu diperlukan 3 hal dalam islam untuk berpolitik yaitu:
- Pastikan tidak ada kezaliman dalam merebut kekuasaan.
Walaupun kezaliman itu menang, maka jangan perkuatkan mereka dan jangan ada saham kita disitu. itu namanya kita bukan ikan yang suka cari makan lewat umpan mata pancing. Jaga harga diri dan jangan jual diri untuk memilih pemimpin seperti itu yang akan mengurus kepentingan ummat dan bangsa. Pilihlah yang punya kapasitas, bukan memilih atas pemberian uang. Apabila sebelum mencalonkan, caleg tersebut sangat pelit dan tiba-tiba ikut pemilu dengan cita cita mau membantu rakyat jika terpilih, maka itu omong kosong.
Nasehat Almarhum Abu Hamid Arongan “ untuk tahu apa itu musang atau ayam, maka jangan dengar dari suaranya saja. Bila kita dengar suara berkokok, jangan langsung percaya kalau itu ayam, tapi rabalah untuk memastikan bahwa kepalanya benar kepala ayam, leher nya benar leher ayam, badannya benar badan ayam, bulu nya benar bulu ayam, dan ekor nya benar ekor ayam. Namun setelah kita raba fisiknya musang tapi suaranya ayam, maka kita harus berhati-hati. Kalo musang suara berkokok seperti ayam, maka hati-hatilah karena itu artinya musang siap menerkam ayam, habis kita dimakan.
Dalam islam, perintah Nabi Muhammad agar kita memakai pikiran. Apabila kamu mau berbuat sesuatu, maka pikirkan akibatnya. Kalo akibatnya bagus, lakukan dan kalau akibatnya tidak bagus, maka tinggalkan. Banyak timbul penyesalan akibat permainan politik. Dari masa kakek kita, orang tua kita hingga masa kita sekarang, selalu kena tipu.
Itu semua akibat dari disfungsi pikiran. Kadang kala kita tidak ada rencana berikan umpan untuk anjing ataupun babi, tapi umpan untuk bebek. Namun akhirnya umpan dan bebek tersebut diterkam oleh babi, seperti itu lah politik. Pastikan keadilan dan kejujuran dari peserta pemilu, maka kedamaian akan hadir. Mari berpolitik dengan cara islam, jangan berpolitik dengan membunuh karakter dan memfitnah orang, jangan gara gara tidak mendukung dan memilih dia, kita dimusuhi. Maka pastikan bahwa politik bukan arena saling menzalimi.
- Lakukanlah kebaikan-kebaikan dalam berpolitik.
Perlu diketahui bahwa politik ini adalah instrument dan wadah. Claim politik itu jahat, karena selama ini yang rajin berpolitik itu memang orang jahat. Ibarat kotak kosong, kalau kotak tersebut di isi dengan obat maka disebut kotak obat, bila kotak kosong di isi dengan racun, maka disebut kotak racun. Jadi tergantung apa yang kita isi, maka dibutuhkan banyak pendidikan politik.
Pemain bola dengan kaki telanjang, jangan kita pilih dan kita paksakan untuk bermain bola pakai sepatu, karena dia hanya mampu kencang berlari tapi tidak bisa sepak bola, jadi begitu duduk di kursi dewan kerja hanya diam dan setiap rapat tidak ada pendapat. Ini semua karena tidak ada pendidikan politik. Para tokoh tokoh agama harus pintar berpolitik, kalau tidak berapa banyak massa di belakang nya akan kena tipu. Dengan pendidikan politik, maka politik akan menjadi sumber kebaikan.
- Jadikan politik untuk memperkuat kebaikan-kebaikan yang diperintahkan oleh Allah. Kalo itu dilakukan, insyaallah kita di TPS akan mendapatkan pahala. Bila kita ke TPS karena melakukan praktek yang tidak halal, maka ingat suatu saat akan menyesal, jangankan di akhirat, di dunia pun akan menyesal. Politik adalah masa depan bangsa, politik adalah masa depan agama, politik adalah masa depan Negara, politik adalah masa depan anak cucu kita.
Kita susah sekarang, karena orang tua kita salah dalam berpolitik. Cucu kita susah karena kakek kita salah dalam berpolitik hingga penderitaan akan dirasakan oleh anak cucu. Jangan sampai anak cucu kita sesal karena kita tidak pandai berpolitik.
Untuk itu, saya berpesan:
- Kita umat islam jaga kesatuan dalam berpolitik. Beda pandangan silahkan, tapi jangan sampai bermusuhan dan putus silaturahmi gara gara berpolitik;
- Jangan salahkan rakyat dalam berpolitik karena kita tidak cukup waktu mengajarkan rakyat akan pendidikan politik;
- Kepada para celeg, apapun partainya, anda mendulang suara rakyat Aceh. Keberhasilan anda adalah hasil suara rakyat aceh kepada siapun anda berjuang, berjuanglah kepada kepentingan ummat dan rakyat Aceh;
- Pastikan kekuatan politik anda menjadi kekuatan bagi islam, bagi rakyat aceh, syariat islam di aceh yang menjadi regulasi syariat islam.
- Jangan utamakan ketamakkan dalam berpolitik karena keadilan dan kebenaran tidak akan tegak karena keadilan dan idealisme akan hancur akibat ketamakan.
Kesimpulannya, jangan sampai gara-gara di dunia berpolitik, menjadi malapetakan bagi akhiratmu. Musim politik itu ibarat banjir yang sedang melanda. Bila kita dan anak kita tidak bisa berenang, maka kita akan tenggelam. Akhirnya mari kita ikuti pendidikan politik dalam koridor islam” imbuhnya mengakhiri tausiah.